SELEMBAR SERTIFIKAT, SEJUTA MAKNA - by: Michael Gunadi (Staccato, April 2017)

SELEMBAR SERTIFIKAT, 

SEJUTA MAKNA

By: Michael Gunadi Widjaja

Staccato, April 2017

DEFINISI SERTIFIKAT

Beberapa orang menyebutnya sebagai SERTIPIKAT. Beberapa yang lain menyebutnya sebagai SERTIFIKAT (dengan F). Untuk saya, SERTIFIKAT dengan F lebih masuk akal. Karena ada kegiatan yang dikenal sebagai SERTIFIKASI dan bukan SERTIPIKASI. Sertifikasi secara sangat sederhana dapat dimaknai sebagai KEGIATAN DENGAN PRODUK SERTIFIKAT DAN BERLANGSUNG DALAM PROSES TATAP MUKA DALAM RENTANG WAKTU TERTENTU. Dari batasan tersebut, nampak nyata bahwa tentu SERTIPIKAT RUMAH tidak termasuk dalam ranah semesta pembicaraan kita. Semesta pembicaraan kita adalah lembar sertifikat, dalam ranah musik yang ternyata memiliki sejuta makna dan bahkan turut serta menentukan karir si pemusik.

MUSIK SEBAGAI SEBUAH DISIPLIN ILMU

Kita semua telah sama-sama tahu, paham, dan mahfum, bahwa musik dalam kesejatiannya adalah SENI BUNYI. Sejalan dengan peradaban manusia, musik berkembang menjadi hal yang sangat kompleks. Musik tidak lagi berupa pertunjukan kesenian, melainkan menjelma menjadi ILMU. Musik menjadi MEMILIKI OBYEK DAN TUJUAN. Musik menjadi memiliki METODE pembelajaran dan pengajaran serta telaah. Musik juga memiliki SISTEMATIKA dalam konsep dan berkait dengan konteksnya. Dan tentu musik menjadi hal yang sangat LOGIS.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, sebetulnya musik tidak lagi dapat dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya instingtif semata. Musik dituntut memiliki TANGGUNG JAWAB. Dan para pelaku musik pun dituntut untuk melakukan tanggung jawab tersebut pada publik. Saat kita bicara tanggung jawab inilah diperlukan sebuah  bukti fisik. Bukti fisik yang sahih secara keilmuan dan memiliki akseptabilitas dan kredibilitas dalam sosio masyarakat umum. Saat nya lah kita berbicara tentang SERTIFIKASI dalam ranah musik.

JENJANG PENDIDIKAN MUSIK

Kita awali dengan menelisik keadaan di Institut, Sekolah Tinggi, dan Konservatori sebagai Think Tank keilmuan ranah musik. Di lembaga semacam itu, tentu telah disediakan produk sertifikat dengan pengasahan ataupun imprimatur seperlunya. Persoalannya adalah SENANTIASA AKAN JENJANG YANG SENANTIASA HARUS DIATASI. Jenjang kredibilitas lembaga tersebut di mata publik.

Contohnya mudah saja. Seorang pemusik yang lulus dari sebuah konservatori yang gedungnya saja tidak lebih layak dari rumah tinggal. Ok lah pengajarnya Doktor dan Professor serta Plopessol. Apakah publik yakin dan percaya dengan lulusan Konservatori dengan bangunan fisik semacam itu? Big Question Mark. Jadi perlu ada Sertifikat. SERTIFIKASI untuk mencapai generalisasi akseptabilitas, kredibilitas, dan akuntabilitas lembaga keilmuan dalam ranah musik.

Di sekolah tinggi, Akademi, Institut, Konservatori musik, secara umum disediakan 3 jurusan pokok. Atau MAJOR SUBJECT, yakni:

• Seni Pertunjukan
• Komposisi dan kajian musik
• Pendidikan musik (termasuk Pedagogi dan Androgogi, Oom gogi dan tante gogi. Hehehe…)

PERMASALAHAN LULUSAN SENI DAN REALITANYA DALAM MASYARAKAT

Jurusan SENI PERTUNJUKAN lazim dikenal sebagai PERFORMANCE SUBJECT. Zaman ekonomi berkembang seperti sekarang, dimana prioritas pembangunan HAMPIR SELALU BUKAN pada ranah seni. Ente mau performance di mana, cing? Siapa yang mau ngongkosin ente konser, cing? Sponsor? Ok, tapi ente harus jadi STRAW DOG, cin. Mau ikut orkestra? Ya ampun cin. Lha di Eropa dan USA yang pusatnya musik saja orkestra pada bangkrut. BISA KELAR HIDUP LOE!

Jurusan KOMPOSISI DAN KAJIAN MUSIK? Ini lagi cing, suram asli. Ente komposisi musuhnya pembajakan. Ente lulusan S1 mau buat musik sinetron umpamanya. Musik sinetron tuh cukup dikerjakan asal cepet dan murah. Kalah bersaing dengan pemusik kampung yang modalnya keyboard sama flash disc doang. Trus juga KAJIAN MUSIK? Sekarang semua orang merasa bisa ngomong soal musik, bahkan orang yang megang gitar salah saja brani bikin buku cara main gitar. Trus kalo gitu ente kebagian apanya?

Tinggallah jurusan PENDIDIKAN MUSIK. Ini mendingan, tapi juga nggak cerah-cerah amat. Posisi pekerjaan yang paling menjanjikan masa depan adalah, jika Anda menjadi GURU MUSIK DI SEKOLAH UMUM. Jenjang SD, SMP, SMA, Kejuruan. Sayangnya peraturan pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan, mengharuskan untuk jadi guru sekolah umum HARUS YANG LULUSAN INSTITUT ATAU FAKULTAS ILMU KEGURUAN. 

Sepuluh tahun lalu masih ada PROGRAM AKTA sebagai persyaratan untuk bisa mengajar di sekolah umum. Sekarang program akta sudah ditutup. Jadi para lulusan urusan pendidikan musik dari dari lembaga atau universitas atau konservatori yang NON KEGURUAN, wajib mendapat sertifikat lembaga keguruan. Apa yang harus dilakukan? Ya kuliah lagi. Tetapi dengan sistem konversi. Artinya hanya secuil mata kuliah saja yang diambil.

Persoalan ternyata tidak berhenti sampai di sini. Setelah menyandang sertifikat keguruan, mengajar sekolah umum, jadi Aparatur Negeri Sipil. Waaaah enak, utang ratusan juta jaminannya cuma SK pengangkatan. Baru seperempat lunas, boleh utang ratusan juta lagi. TETAPI guru zaman sekarang dituntut profesionalisme yang luar biasa tinggi.

Tidak cukup berbekal sertifikat ijazah formal. Untuk bisa NAIK GOLONGAN, guru wajib memiliki sertifikat PENGEMBANGAN DIRI. Jadi meskipun Anda sudah lulus konservatori, lulus institut keguruan, sudah PNS, anda MASIH HARUS SETENGAH MATI ikut ujian ABRSM. Ikut lomba musik, ikut crash course, pendadaran, masterclass, dan seminar. SEMUANYA HANYA DEMI SELEMBAR SERTIFIKAT. Betapa selembar kertas dapat menentukan jenjang karir dan bahkan rejeki profesi seseorang. Ck ck ck ck RUUUUAAAARRRR BIIIIIAAAASAAAAA!

Pernah ada yang bilang pada saya begini: 

Mas Michael, saya tuh diminta main gitar kemana-mana 

nggak pernah tuh ditanya punya ijazah apa.

Ya betul. Itu jika yang mengundang sudah kenal Anda. Atau jika Anda sudah puluhan tahun main musik sehingga Anda sudah memiliki catatan dan track record yang representatif. Namun bila Anda baru mulai meniti karir sebagai pemusik, ANDA MUTLAK MEMBUTUHKAN PORTOFOLIO. Dan untuk musik, portofolio nya berisi KARYA, REKAMAN MAIN, dan SERTIFIKAT! Di Jerman, Australia, dan sebagian USA, ada beberapa gedung pertunjukan yang hanya boleh dipergunakan oleh pemakai yang bersertifikasi musik.

SERTIFIKASI MUSIK DI INGGRIS

Meskipun Anda bayar sejam tujuh ratus juta, jika mereka tidak mengenal sertifikat Anda, sampai kiamat tujuh kali Anda tidak akan pernah resital di gedung tersebut. Di Inggris malah lebih ketat lagi. Tidak cukup Anda memiliki sertifikat. Untuk bisa mempergunakan beberapa gedung malahan Anda harus memiliki SERTIFIKASI LICENTIA. Yang diterbitkan oleh lembaga yang diakui Kerajaan Inggris Raya, seperti Royal Music Academy misalnya.

Aneh kan. Lha pake gedung itu bayar mahal kok dipersulit. Tapi itulah kenyataan. Suatu ungkapan respek terhadap seni pertunjukan musik dalam kultur Eropa. Lagi-lagi di hadapan kita terpapar fakta. Selembar sertifikat memiliki berjuta makna, sampai dapat berpengaruh pada jalannya karir dan mata pencaharian manusia.

SERTIFIKASI MUSIK INTERNASIONAL: AJANG PRESTASI YANG PRESTIGIUS

Sedemikian pentingnya sebuah sertifikat musik, maka akan menjadi pantas bila sejak usia dini, anak sudah dimotivasi untuk mendapat sertifikat semacam ini. Misalnya saja ujian kenaikan tingkat versi Internasional. Banyak anak usia di bawah 10 tahun yang sudah memegang sertifikat ABRSM baik untuk musik teori maupun praktek. Apakah mereka nantinya berkeinginan menjadi pemusik? Oh sama sekali tidak.

Sertifikasi Internasional adalah sebuah tolok ukur yang layak dan diterima di seluruh dunia. Bahwa si anak yang tersertifikasi, sudah memperoleh pengetahuan yang layak dalam bermusik, dan sudah memiliki kelayakan dalam mengungkapkan gagasan, ide, konsep, dan semua aspek artistiknya. Dengan kata lain, si anak telah mengalami ENRICHMENT PROCESS. Sebuah pengayaan akan jati dirinya. Karena dalam esensinya, sebuah sertifikasi musik adalah fenomena yang sarat makna. Gambar berikut kiranya dapat menorehkan kesan tentang sejuta makna yang senantiasa menyertai proses sertifikasi musik.

AWAL DEBUT SEORANG MARTHA ARGERICH

Gambar adalah sebuah dokumentasi sangat langka. Tatkala seorang MARTHA ARGERICH, pianis yang sangat hebat, akan memulai debut nya melalui sertifikasi di Konservatori Paris, Perancis. Nampak dalam gambar bahwa Dewan Pengujinya terdiri dari para tokoh-tokoh musik terkemuka, sejak zaman itu sampai sekarang.

Ada Alfred Cortot, yang pakar tafsir karya Chopin. Ulasannya tentang Etude karya Chopin menjadi panutan para siswa piano bahkan sampai detik ini. Ada juga Isaac Albeniz, komposer hebat yang karya nya masih teramat sangat popular sampai kini dan oleh para kritikus dinilai sebagai sebuah ensiklopedi nada tentang tanah Spanyol. Kemudian ada juga Gabriel Faure dan rekannya. Banyak hal yang dapat kita bayangkan dalam keadaan seperti demikian. Gemetar, nervous, keringat dingin, namun juga kebanggaan yang luar biasa.

Zaman sekarang, komposer dan orang hebat yang melegenda seperti dalam gambar memang sudah tidak ada. Namun ada generasi baru yang tak kalah hebat dan prestisius rekam jejaknya dalam bidang musik. Sertifikasi musik di zaman sekarang adalah sebuah ranah, saat daya tafsir dan teknik bermusik kita, digelar untuk diberi komentar, apresiasi, dan nilai oleh sebuah dewan yang memang memiliki kompetensi untuk hal semacam itu.

Musik memang sudah kehilangan harga dirinya untuk menjanjikan hari depan yang cerah bagi nafkah. Namun musik tak pernah kehilangan jati dirinya sebagai sebuah seni adiluhung yang membawa manusia menapaki umur dunia dengan bermartabat.