Sunday 6 March 2016

HARMONI DALAM JAZZ - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, March 2016)

"HARMONI DALAM JAZZ"
(MENELUSURI JALUR KLASIK SAMPAI JAZZ)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2016



APA ARTI HARMONI?
Secara sederhana tanpa menggampangkan, harmoni dapat dimaknai sebagai TELAAH TENTANG AKOR DAN PERGERAKANNYA. Akor sendiri dibangun dari beberapa nada. Jadi jika satu nada saja, namanya bukan akor. Sebagai konsekuensinya dalam mempelajari harmoni, berarti kita mutlak untuk mempelajari musik yang bersifat POLYPHONIC dan BUKAN MONOPHONIC.

MONOPHONY, POLYPHONY, DAN SISTEM TONAL
Musik primitif, tentu saja bersifat monophony. Pada abad ke-12, Leonin dan Perotin mengarang apa yang dikenal sebagai ORGANUM. Bentuk komposisi dimana sebuah suara berdengung pada satu nada yang tetap, sementara suara lain “bergerak”. Prinsip semacam ini pada abad pertengahan berkembang ketika para rahib di zaman Paus Gregorius I “bernyanyi” dengan menggunakan CANTUS FIRMUS. Bukan lagi hanya satu suara yang bertahan, melainkan banyak suara yang fungsinya kemudian menjadi lagu pokok. Ini adalah dasar pertama bagi musik polyphony. Dari satu suara, kemudian banyak suara dan mengalir, muncullah apa yang dikenal sebagai FUGA atau FUGUE. Dalam fuga, aliran dan tabrakan suara mulai mengenal ATURAN YANG KETAT. Meski dalam Fuga perdana, teknik yang diapakai adalah TEKNIK IMITASI (IMITATION). Yakni suara lain bergerak sebagai “tiruan” jalur suara dasar.


Ketika zaman mulai berubah dan peradaban semakin berkembang, maka instrumen musik pun mulai berbicara untuk dirinya sendiri dan bukan menjadi pengiring nyanyian belaka. Perkembangan ini menjadikan peradaban mulai mengenal SISTEM TONAL pada abad ke-16. Dimana satu suara berubah menjadi BUNYI dan menjadi sebuah POROS. Hasil dari poros ini adalah munculnya konsep tentang TANGGA NADA, jenis akor, serta progresi akor. Apa beda suara dan bunyi, ya? Hehehe… hayooo!?


Pada era Baroque di abad ke-17 akor tidak hanya dikenal, tetapi juga mulai dinotasikan secara sistematis. Caranya adalah dengan menentukan jalur bass. Jalur bass ini berfungsi sebagai sebuah figur atau sosok bagi nada yang lain. Oleh sebab itu pola bass semacam ini di era Barok dikenal sebagai FIGURED BASS. Pada zaman itu akor masih berisi tiga nada. Yang menarik disini adalah bahwa sebetulnya di zaman Barok, komposer sudah mulai memikirkan variasi bentuk akor. Salah satu upayanya adalah dengan apa yang dikenal sebagai COUNTERPOINT atau KONTRAPUNKT. Dimana banyak melodi mempunyai alurnya masing-masing dan ketika alur-alur ini bergerak (ibarat berjalan-jalan,) maka terbentuklah aneka rasa akor. Hmmm... namanya jalan-jalan tapi kok pusing ya?


Salah satu komposer yang paling sering menggunakan teknik komposisi counterpoint pada abad ke-17 adalah Johann Sebastian Bach. Meski JS. Bach telah menggunakan teknik komposisi sangat canggih, anehnya musik monophone masih juga digemari dan tidak kehilangan pamornya. Pada abad ke-18 Joseph Haydn dan Wolfgang Amadeus Mozart sebetulnya menggarap komposisi yang konsepnya adalah musik satu suara (monophony). Barulah ketika Ludwig van Beethoven muncul, dengan canggihnya ia mengeksplorasi efek dramatis untuk dan dalam musik. Caranya dengan menggunakan lima nada untuk akor dan bukan lagi tiga nada seperti di zaman Barok. Dari kelima nada tsb oleh Beethoven, sebetulnya sudah ditengarai kehadiran akor DOMINANT SEPTIM MINOR 9 (V7b9). Hmm… Wuiiih, Beethoven canggih ya? Hmm… Beethoven hebat ya? Zaman segitu dah bisa buat akor yang kompleks? Hmmmm .... Prrrrt lah!


SISTEM POLITONAL DAN ATONAL
Dari akor rumit yang dirancang Beethoven, pada abad ke-19 zaman Romantik muncullah MODULASI. Dimana terjadi perpindahan dari satu poros ke poros lain yang terkadang tidak ada hubungannya sama sekali. Richard Wagner disebut-sebut sebagai biang keladinya saat meluncurkan TRISTAN UND ISOLDE. Sampai dengan karya Wagner, sebetulnya sistem tonal sudah terhenti. Ketika sistem tonal sudah mentok, nggak bisa diapa-apain lagi. Lha eee… muncullah Arnold Schoenberg. Konsepnya begini: “Kalau sistem tonal ‘dah mentok, ya kita bikin sistem ATONAL.” Dimana musiknya tidak lagi mempunyai poros. Wow! Ah, apaan wow wow wow? Paham nggak sih? Hmm...


TRISTAN CHORD
(from: Richard Wagner's "Tristan und Isolde")

Ketika harmoni dalam komposisi musik sudah bersifat ATONAL, maka sistem dan konsep harmoni yang berbeda pun mulai marak diterapkan. Diantaranya adalah DUODECAPHOMISM, dimana tangganada terdiri dari 12 nada. Kemudian ada SERIALISME, dimana nada diurutkan bagai deret bilangan aritmatika dan diatur dengan parameter yang sangat ketat layaknya matematika.

 TWELVE TONE MATRIX

Sistem MODAL yang tadinya tumbuh akibat prinsip komposisi zaman Gregorian pada abad pertengahan, kini pada abad ke-20 mulai bangkit kembali. Terutama dalam karya Claude Debussy dan Maurice Ravel. Meskipun sistem modal yang dipakai di abad ke-20 mempunyai prinsip yang sama, namun penerapan dan keluwesannya sangat berbeda dengan sistem modal pada zaman Gregorian. Juga sistem modal alla Debussy dan Ravel lebih luwes dibanding sistem tonal pada umumnya. Di sisi lain, komposer Darius Milhaud melakukan eksperimen dengan menggabung dan mencampur lebih dari satu tonalitas dalam sebuah karya. Konsep eksperimennya dikenal sebagai musik POLITONAL.

 BITONAL: C Major & F-sharp Major

NAPAK TILAS HARMONI JAZZ
Awal abad ke-20 Jazz mulai merasuki komposer papan atas Amerika seperti George Gershwin. Akar harmoni Jazz adalah musik Afro-Amerika yang tradisinya dapat dirumut pada Gospel, Blues, dan Ragtime. Ketiga aliran musik tersebut sangat menitikberatkan sistem tonal yang dimanipulasi melalui nada Bass.

  • Musik Gospel banyak memakai Kadens Plagal ( IV – I)
  •  Blues mewarnai  harmoni tingkat IV, I, V dengan bunyi nada Dominant 7th, dan penambahan bluesy nuance dengan  nada #9

Perkembangan lain adalah bahwa setelah Perang Dunia II, lagu-lagu Jazz tumbuh subur. Sangat banyak yang malahan menjadi “klasik” hingga hari ini. Lagu-lagu tersebut ada yang dikomposisi untuk sebuah BIG BAND yang memainkan irama Swing dalam tempo cepat. Seperti misalnya pada Big Band dari Duke Ellington. Patut disayangkan lambat laun Big Band ini tergeser oleh karena biaya pementasan yang tinggi, dan berubah menjadi ensembel kecil dan combo.


Kemudian lahirlah BE BOP. tentu dengan ciri harmoni tersendiri. Harmoni Be Bop bercirikan akor disonan dengan tambahan nada 9, 11, 13 seperti dapat didengarkan pada permainan Charlie Parker, Dizzie Gillespie, dan Miles Davis. Di masa itu, Dizzie Gillespie melakukan kerjasama dengan para pemusik dari Cuba dan mengembangkan irama serta harmoni musik Jazz Cuba. Hal ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Miles Davis. Pengembangan yang dilakukan Miles Davis kemudian dikenal sebagai COOL JAZZ. Cool Jazz mengeksplorasi dan bahkan mengimitasi struktur harmoni pada ensembel besar namun dengan susunan instrumen musik yang saat itu dapatlah dikatakan kurang lazim.

Mulai muncul pula ensemble Jazz namun memainkan lagu-lagu pop. Bentuk awalnya adalah sebuah ensemble Quintet. Di sekitar tahun 1950, harmoni gaya ini menjadi semakin mantap dengan komposisi susunan akor yang lebih pas. Pada tahun 1959, muncul Jazz yang menggunakan konsep harmoni MODAL sebagaimana pernah dialami dalam napak tilas Musik Klasik. Yang terkenal dari JAZZ MODAL ini adalah kelompok Wayne Shorter, Herbie Hancock, Tony Williams, dan Ron Carter. Pada tahun 1960, Jazz Modal mengukuhkan diri dengan komposisi Jazz yang lebih original, sehingga makin terbebas dari pengaruh aliran Jazz terdahulu.

Jazz Modal, pada tahun 1960 berkembang menjadi FUSION. Instrumen elektronik mulai dipergunakan. Pola-pola tangganada Modal dipergunakan dalam improvisasi, dalam kerangka harmoni yang lebih bebas. Ciri lain Jazz Fusion adalah Bass mulai melakukan solo improvisasi secara Groove” dan acapkali ditingkahi bunyi terompet dan pedal wah-wah yang dibunyikan gitar elektrik maupun piano elektrik. Format seperti ini marak sekali pada tahun 1970-an.


Adalah seorang John Coltrane. Saxophonist yang tadinya adalah anggota kelompok quintet Miles Davis. John Coltrane melakukan beberapa lompatan bersejarah dalam Harmoni Jazz:
  • Modulasi yang bersifat siklik (berputar-putar) 
  • Pergerakan Akor II – V – I dalam sebuah relasi dengan interval 3 Mayor
  • Musik yang tanpa Harmoni. Hanya melodi mengalir. Seringkali dengan pulsa irama yang sangat berubah ubah

Tahun 70-an, dunia dikejutkan dengan gebrakan dari John Mc Laughlin. Ia sebelumnya adalah pemain gitar dalam kelompok Miles Davis. Saripati gebrakan John Mc Laughlin adalah :
  • Menggunakan harmoni Modal yang exotic
  • Membidani lahirnya harmoni Jazz kontemporer 
  • Konsep harmoni simetris yang dengan interval berulang yang dihitung secara matematis 
  • Tangganada dan malahan motif-motif dari musik tradisional India dipakai. Terutama dalam kerjasamanya dengan master sitar Ravi Shankar.

GEORGE BENSON

Ketika kecanggihan konsep John Coltrane dan John Mc Laughlin sepertinya sudah mentok. Yang muncul malahan sebuah sajian harmoni Jazz yang lebih bersahaja, manis, dan malah membuai romantis. Seperti misalnya pada konsep harmoni dari musik Jaco Pastorius dan George Benson. Ada pula eksperimen, seperti dilakukan oleh kelompok Weather Report pimpinan Joe Zawinul yang mantan anggota Vienna Boys Choir, dan kelompok UZEB dari Kanada. Namun eksperimen mereka tidaklah menggebrak seperti Coltrane dan Mc Laughlin.


MEREGUK SECANGKIR KOPI JAZZ

7th CHORDS 
Harmoni Jazz umumnya menggunakan akor yang terdiri dari empat nada (4-note chords atau 7th chords,) sebagai lawan harmoni Musik Klasik yang mempergunakan akor yang terdiri dari tiga nada (triad). Tata harmoni Musik Klasik, seperti: menghindari gerakan sejajar dari interval 5th dan 8th, leading note yang harus melangkah ke tonika, dihindari dalam aturan harmoni. 

PROGRESI AKOR LEBIH LUWES DAN FLEKSIBEL 
Pemusik Jazz sebetulnya juga masih memakai prinsip LEADING NOTE sebagaimana harmoni Musik Klasik. Hanya bedanya, dalam Jazz pemain “menyelesaikan” leading note tanpa harus menelisik nada-nada yang lain sebagaimana dilakukan pemusik klasik. Karena Jazz bersifat komunal spontan, sedangkan Musik Klasik harus dirancang terlebih dahulu jika akan membuat harmonisasi. 

OPTIONAL NOTES 
Dalam harmony Jazz, akor jelas lebih padat isinya dan pergerakan akor bisa dengan leluasa menuju kepada akor baru yang sebelumnya tak ada relasinya. Nada-nada 7, 9, 11, 13 dalam harmoni Jazz bukanlah sebuah keadaan disonan, melainkan adalah warna segar dan wangi. 


THE POWER OF DOMINANT
  • Pergerakan akor II – V – I lebih disukai dalam Harmoni Jazz dibanding pergerakan IV – V – I seperti dalam Musik Klasik. 
  • Nada ke-5 berfungsi sebagai alas akor, sebagaimana kerap dijumpai dalam Musik Klasik, tetap digemari dalam Musik Jazz. 
  • Harmoni Jazz sangat mengutamakan CHORD SUBSTITUTE atau akor Pengganti. Setiap akor V bisa disubstitusi oleh akor V namun dalam susunan Triton. Misalnya: G7 disubstitusi oleh Db7.

 TRITONE SUBTITUTION

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.