Wednesday 6 January 2016

"GORENGAN GITAR" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, January 2016)

"GORENGAN GITAR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, January 2016



GITAR KLASIK: MURAH, TAPI TIDAK MURAHAN
Gitar klasik sering dianggap sebagai alat musik yang murah meriah. Tentu saja anggapan ini sangat benar, jika gitar klasik diperbandingkan dengan piano. Untuk piano upright dengan kelas “lumayan” orang harus mengeluarkan uang lebih dari 20 juta rupiah. Sedangkan untuk gitar klasik, hmmm… cukup dengan merogoh dompet 1 juta rupiah saja kita sudah dapat membawa pulang gitar klasik dengan mutu baik.

Meskipun demikian, sebetulnya persoalannya tidaklah sesederhana itu. Pada tingkat siswa, bisa jadi kebutuhan kita terakomodir dengan gitar seharga 1 sampai dengan 2 juta rupiah. Namun bagaimana jika kita telah belajar gitar klasik lebih dari dua tahun? Apakah kita masih bertahan dengan gitar pertama kita? Ada beberapa hal yang sudah saatnya dicermati di seputar instrumen gitar klasik. Tujuannya agar para siswa, para siswa lanjutan dan mahir serta para guru dan peminat gitar, paham secara obyektif. Bahwa sampai sejauh mana “nilai” material sebuah gitar klasik.



AWAL BELAJAR GITAR KLASIK
Sewaktu saya baru memulai belajar gitar di usia 9 tahun, saat itu saya sudah sangat puas dan terpesona dengan gitar buatan NIPPON GAKKI, Jepang. Bentuk body aduhai amboi, kulitnya halus mulus, tuning senarnya stabil tidak mudah turun, dan untuk main lagu apa saja cocok. Termasuk di geladak untuk main Dangdutan di warung kopi depan rumah.

Seiring majunya pelajaran gitar, saya diperkenalkan kepada jenis CONCERT GUITAR. Waaah yang model begini untuk ukuran saya waktu itu sangat amat mahal. Kemudian ada lagi yang disebut FASHION GUITAR. Yang jenis ini selain untuk standar konser, juga dilengkapi dengan aksesoris yang wuuuihhh. Jadi jelas mahal. Meskipun sebetulnya kata MAHAL itu sendiri sangat relatif sifatnya. Jadi sampai di sini, nampaknya pola pikir kita harus berubah. Bahwa gitar klasik itu merakyat? Ya. Namun kalau mau dibilang murah? Ehm, rasanya tidak juga. Dan jelas gitar klasik bukan instrumen musik murahan.



RANCANGAN AWAL GITAR KLASIK
Bentuk gitar klasik seperti yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah turunan dari gitar hasil rancangan ANTONIO TORRES. Gitar pertama rancangan Torres laku terjual dalam lelang yang diadakan balai lelang Christie di Inggris seharga 1 Milyar rupiah. Itu untuk gitar dengan rancangan hebat dan punya sejarah. Mohon kita sama-sama berpegang, bahwa top markotopnya gitar klasik saat ini adalah 1 Milyar rupiah. Sangat kalah jauh dengan grand piano yang bisa mencapai harga lebih dari 2 Milyar rupiah untuk model yang biasa saja. 



KRITERIA KUALITAS GITAR KLASIK

Sebetulnya apa yang menentukan kualitas gitar klasik yang baik? Orang awam sering dengan lantang mengatakan bahwa kualitas gitar klasik ditentukan oleh jenis dan mutu kayu. Ya ya ya... ya deh. Mutu dan jenis kayu memang penting, namun jiwa dari konstruksi sebuah gitar klasik ada pada BRACING. Bracing adalah rangka tulang yang menopang body gitar.




Tiap pengrajin gitar, memiliki model bracing yang sangat berbeda. Greg Smallman misalnya. Membuat bracing dengan bentuk serupa cetakan kue wafel. Gitar buatannya menjadi langganan gitaris hebat, seperti John Cristopher William dari Australia. 



Melalui bracing inilah, pengrajin gitar, yang lazim disebut sebagai LUTHIER melakukan eksperimen dengan sepenuh jiwa raga. Agar gitar buatannya benar-benar memiliki bunyi yang sangat kaya. Kalau ditanya model bracing mana yang paling baik? Tak ada! Karena bracing harus seiring jalan senada seirama sejiwa sepenanggungan dengan karakter permainan si gitaris. Yang jelas tiap gitaris memiliki karakter permainan yang sangat berbeda.




Berikutnya adalah polish. Jika sebuah gitar klasik memakai FRENCH POLISH, artinya si gitar klasik itu dipolish sebagaimana mebel-mebel kelas atas milik istana Kerajaan di Eropa. Selain itu mesin pelaras gitar juga penting. Materialnya bukan melulu dari besi. Mesin ini harus tahan dalam kurun waktu puluhan tahun. Tidak macet. Demikian pula halnya dengan bridge gitar. Bridge yang terbuat dari tulang sapi tentunya berbeda hasil bunyinya dengan bridge yang terbuat dari plastik. 



Berikutnya adalah ROSETTE atau hiasan bunga pada lubang gitar. Pada gitar klasik standar konser dan fashion, rosette ini TIDAK terbuat dari hiasan gambar tempel, melainkan dibentuk dari tatahan kayu. Senar gitar juga agak unik untuk gitar klasik. Jika Anda mempunyai gitar klasik standar konser atau fashion guitar minimal dua minggu sekali Anda harus mengganti senarnya secara total. Jangan menunggu sampai putus, baru mengganti senar. Karena dapat dipastikan akan sangat mengganggu mood permainan Anda. Kecuali jika secara finansial belum mampu, ya silahkan saja bermain sampai senar putus kemudian barulah menggantinya.



GITAR KLASIK: BELI DIMANA?
Yang menarik adalah, misalkan, andai saja kita ingin membeli gitar klasik standar konser atau mungkin juga fashion guitar. Dimana kita bisa membelinya?

Jawabannya, yang ideal adalah datang langsung pada si luthier. Alamat si luthier bisa Anda dapatkan pada web nya. Dan pastikan Anda kenal betul dengan karakter gitar buatannya. Mintalah petunjuk pada seseorang yang memang paham betul soal organologi gitar klasik. Jangan sok tahu, kemudian tanpa bekal apapun Anda datang ke bengkel si luthier. Ingat, ongkos perjalanan Anda ke luar negeri bisa menjadi sangat tak sebanding dengan gitar yang Anda dapatkan.

Banyak luthier kenamaan yang tidak selalu ready stock. Anda akan dikenai waktu tunggu sekitar 2 - 6 bulan. Satu hal lagi, bahwa gitar konser yang baik adalah fully handmade. Buatan tangan. Jadi jangan kecewa dan nangis meraung, jika ternyata anda sudah merogoh kocek dalam-dalam dan mendapat gitar yang tak sekualitas dengan teman anda untuk luthier yang sama. 

APAKAH PERLU PUNYA GITAR KLASIK KELAS KONSER?

Yang utama barangkali adalah pertanyaan apakah kita perlu memiliki gitar klasik kelas konser. Apakah perlu? PERLU! Jika misalnya anda akan melakukan konser sejati atau jika anda ingin ujian Grade 6 ke atas untuk ujian musik internasional. Kenapa? Karena performance dengan tingkat tinggi (advanced) menuntut adanya warna dan proyeksi bunyi, serta kemampuan permainan instrumen yang tidak mungkin didapat dari gitar klasik seharga 2 juta-an.


HARGA GITAR KLASIK STANDAR KONSER: “WOW, LEBAY!”
Lalu, berapa sih harga gitar klasik standar konser? Di depan telah saya katakan bahwa gitar klasik yang bersejarah saja mentok di 1 milyar rupiah. Jadi logikanya TIDAK MUNGKIN HARGA GITAR KLASIK KONSER LEBIH DARI SEMILYAR! Waduuuuh. Sedih...lah ya. Tapi ratusan juta kan?! Eit, jangan sedih dulu, Bung Mas Bro!

Gitar klasik itu benda seni. Jadi orang bisa saja dengan enaknya tanpa nurani menawarkan sebuah gitar konser. Taruhlah dia pasang harga setengah milyar. Dengan bualan promosi yang bombastis sadis. Misalnya “Gitar ini di dunia cuma ada tiga lho, bro!” “Wah, gue ni nunggu gitar ini sampai setengah hidup gue baru kelar!”. 



Ya silahkan saja pedagang berpromosi. Tidak ada salahnya. Namun, sebagai konsumen kita juga harus cerdas. Begini saja logikanya. Kalau untuk satu piano dihargai 2 Milyar itu masuk akal! Body piano segedubrak gedenya. Juga ada rangka dari BAJA, lalu senar bass nya juga dililit copper, belum lagi sistem mekanik pedalnya. Nah, kalau gitar klasik? Gitar klasik itu body nya saja kecil, ada kayunya sedikit, lalu ada logam nya sedikit; Kok bisa setengah milyar sih? Dengan rentang harga 15 - 25 juta rupiah orang juga bisa mendapatkan gitar klasik yang bagus. Atau kalau Anda mempunyai rejeki, Anda bisa beli gitar klasik dengan harga berkisar antara 80 - 150 juta rupiah. Tapi yang jelas bukan 400 - 500 juta rupiah!

Cara promosi gitar konser dan gitar fashion seringkali dilakukan dengan lebay dan bombastis. Bagi orang sedang berdagang sah-sah saja. Tapi bagi saya, cara seperti itu saya namakan sebagai “GORENGAN GITAR!” Ibarat gorengan yang bumbu MSG dan minyaknya lebih dominan. Oleh karena itu, kalau boleh saya berpesan: jika memang Anda sudah butuh gitar klasik standar konser, bertanyalah pada sosok yang memang mumpuni mengenai organologi gitar klasik. Dimana itu? “Itu dia bro, dimana ya?”


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.