Thursday 5 March 2015

"MODUS" (Bagian I) - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, Maret 2015)

"MODUS" (Bagian I)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, Maret 2015



TANGGANADA (SCALE)
Hampir dapat dipastikan, terutama di tanah air kita, bahwa setiap orang yang belajar musik pasti pernah berkenalan dengan apa yang dikenal sebagai TANGGANADA. Dalam istilah yang lebih umum, tangganada sering dan malah sebaiknya disebut sebagai SCALE atau TONE LADDER. Scale sering diberi batasan sebagai urutan nada-nada dengan pola jarak tertentu dan diakhiri dengan oktaf nada yang pertama. Umumnya orang mengenali scale malah sebagai Do re Mi Fa So La Si Do.


Keberadaan scale ini dalam ranah pendidikan musik, sebetulnya banyak menimbulkan polemik. Di satu sisi beberapa praktisi musik menganggap bahwa scale sangat signifikan bagi keluwesan jari dan sangat berguna bagi orang yang belajar musik untuk mengenal sisi geografis instrumennya. Di lain sisi, ada para pakar yang berpendapat bahwa scale hanyalah buang waktu dan bahwa pemahaman geografi instrumen musik tidak cukup hanya dengan scale saja. Terlepas dari polemik tersebut, kenyataannya scale masih tetap hadir dan dimainkan begitu banyak orang sampai hari ini. Bahkan lembaga-lembaga ujian musik internasional pun memasukkan scale sebagai mata ujian wajib.


JENIS TANGGANADA
Orang lazimnya mengenal dua jenis scale: MAYOR dan MINOR. Jika kita sedang belajar dan memainkan Musik Klasik dan/atau Musik Pop, tangganada atau scale mayor dan minor saja, sudah cukup membekali kita untuk bisa fasih memainkan begitu banyak lagu dan/atau musik. Namun jika kita mulai berurusan dengan Musik Klasik abad ke-20 dan/atau JAZZ, pemahaman scale mayor dan minor saja sangat tidak cukup. Kita dituntut untuk memiliki pemahaman dan bahkan penguasaan yang mumpuni dalam soal scale ini dengan sebuah konsep yang dikenal sebagai MODUS.


DEFINISI MODUS
Modus adalah istilah dalam bahasa Latin. Sebuah bahasa baku yang tidak mengenal perkembangan. Dalam bahasa Inggris, modus dipadankan dengan modes. Dari segi etimologis nya, modus berarti: ukuran, standar, metode, dan pola. Dalam kehidupan sehari-hari, dalam berita televisi misalnya, kita sering mendengar kalimat: “Modus operandi para perampok tersebut adalah…“ Kalimat tersebut harus dimaknai, bahwa dalam menjalankan perampokan, para perampok memiliki POLA (MODUS) caranya beroperasi. Jadi, hal pertama, utama dan terpenting jika ingin memahami modus dalam tangganada adalah:

CAMKAN DAN UKIR SERTA TANAMKAN DALAM MEMORI KITA,
 BAHWA MEMAHAMI MODUS ADALAH MEMAHAMI POLA.


GUIDO D'AREZZO

ASAL MULA MODUS
Pada abad ke-19 dapatlah dikatakan sebagai masa kejayaan atau zaman kejayaan dari konsep modus. Pada akhir abad ke-19, modus tidak hanya dipakai dalam konsep Musik Barat. Melainkan konsepnya dipergunakan juga pada komposisi Musik Non-Barat. Guido dari Arezo, mempergunakan modus sebagai konsep ukuran untuk menerangkan interval. Franco dari Cologne, mempertautkan istilah modus dengan konsep ritme. Istilah modus dipakai untuk menerangkan relasi durasi nada antara yang longa (panjang/berbunyi lama) dan brevis. Dengan perkembangan zaman, konsep tentang modus oleh para musikolog disajikan berdasarkan skema pemikiran dari:
  • Gregorian Chant (diambil dari nama Paus Gregorius)/Gerejani
  • Polyphony zaman Renaissance
  • Teori Musik Tonal
GREGORIAN CHANT


Namun apapun konsepnya, dalam esensinya, modus adalah sistem tangganada atau scale. Mungkin agak menarik jika kita merunut sejenak bagaimana asal muasal modus ini.

PERKEMBANGAN MODUS
Pythagoras, sarjana Yunani Kuno yang sangat tersohor, menyusun bunyi musikal berdasarkan skala perbandingan frekuensi menjadi deretan nada: A  B  C  D  E  F  G. Tujuh nada inilah yang dijadikan wilayah nada dalam sistem Musik Yunani Kuno. Tujuh nada tersebut di zaman kita sekarang ini adalah deretan tuts putih pada papan nada piano. Bertolak dari tujuh nada tersebut, secara berangsur-angsur bangsa Yunani mengembangkan apa yang dikenal sebagai tujuh Modus.


Tiap-tiap modus mengandung nada-nada yang sama, namun Tonic (T) atau porosnya berbeda-beda. Dengan demikian, karena poros atau tonika nya berbeda-beda, tiap modus memiliki rasa dan nuansa yang berbeda-beda pula.

Tahap perkembangan Modus bangsa Yunani terjadi dalam beberapa tahapan:
  • Fase I              : Tujuh mode dalam 4 kunci nada – oleh Santo Ambrosius (Milan, Italia)
  • Fase II             : Tujuh mode dalam 8 kunci nada – oleh Paus Gregorius Agung
  • Fase III           : Tujuh mode dalam 12 kunci nada – oleh Henricus Glareanus, Rahib (Swiss)
Celakanya, Rahib Glareanus mencampur-baurkan nama tradisi untuk setiap modus dengan notasi Musik Yunani Kuno, sehingga sebetulnya hanya nama dan sistemnya saja yang terus hidup dan memberi sumbangan sangat penting bagi perkembangan Musik Barat.


Perkembangan selanjutnya adalah ditemukannya sistem tala yang dikenal sebagai WELL-TEMPERED dan dipelopori oleh Johann Sebastian Bach. Juga penambahan tuts hitam pada papan nada serta mulai munculnya kebutuhan akan susunan harmoni musikal, menjadikan keberadaan modus Musik Yunani tercerai-berai dan porak-poranda.

Modus
Nama
I
Ionian
II
Dorian
III
Phrygian
IV
Lydian
V
Mixolydian
VI
Aeolian
VII
Lorian

Note:
Modus I (Ionian) dikenal sebagai tangganada mayor
Modus VI (Aeolian) dikenal sebagai tangganada minor.


Para komposer seperti Zoltan Kodaly, Gustav Mahler, Manuel de Falla mempergunakan sistem tangganada atau scale semacam itu sebagai latar belakang dari tangganada diatonis seperti yang lazim kita kenal. Jadi pokok lagunya memakai tangganada do re mi…(7 nada/diatonis) seperti yang lazim kita kenal. Namun latar belakangnya mempergunakan Modus. Claude Debussy dan Bela Bartok memakai modus sebagai pengganti tonalitas atau poros nada yang diatonis.

Modus
Nama
Musik
Composer




I
Ionian
Mandolin Concerto in C
Antonio Vivaldi




II
Dorian
Smoke on The Water
Deep Purple




III
Phrygian
Hungarian Rhapsody
Franz Liszt




IV
Lydian
Theme Song The Simpson





V
Mixolydian
Norwegian Wood
The Beatles




VI
Aeolian
All Along The Watch Tower
Bob Dylan




VII
Lorian
Prelude in b minor op 32 No 10
Sergei Rachmaninoff

Silahkan Anda simak dengan seksama materi musik tersebut, misalnya melalui kanal video youtube. Apa yang Anda rasakan? Tentu bisa bermacam-macam rasa yang Anda rasakan dan mungkin saja anda mengalami pengalaman auditif yang berbeda. Namun satu hal yang pasti, dari tujuh contoh tersebut (kecuali untuk Modus I dan VI), NADA YANG MENJADI POROS TANGGANADANYA BISA BERMACAM MACAM DAN TIDAK SELALU JATUH PADA NADA ke-1 dan ke-6 sebagaimana lazimnya dalam tonalitas mayor dan minor yang kita kenal.

Dalam edisi mendatang, akan diketengahkan bagaimana semua keruwetan dan kompleksitas ini dipakai dalam Musik Jazz.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.